Jumat, 14 Oktober 2011

Dapat Restu Ibu Membawa Kalsel Lebih Sejahtera


NAGARA – Asli urang banua sepertinya bukan hanya identik dengan salah satu kandidat bakal calon gubernur dan wakil gubernur Kalimantan Selatan saja, kandidat calon gubernur Kalsel Sjachrani Mataja pun ternyata memiliki silsilah asli urang banua yakni asli urang Nagara, Daha Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Kendati Sjachrani kecil banyak dibesarkan di Pagatan Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Kotabaru, namun leluhurnya yakni Datu Matyasin merupakan tokoh masyarakat yang tinggal dan penduduk asli Nagara.
Sjachrani lahir dari rahim Siti Mariam. Matyasin merupakan kakek Siti Mariam. Matyasin memiliki lima keturunan diantaranya H Bakri, H Sahari, H Seman, H Karang Intan dan Hj Saidah. Silsilah Sjachrani sendiri terhubung lewat putra ketiga Datu Matyasin yakni H Seman. Dari pernikahan H Seman ini kemudian memiliki putra yakni Guru Romansyah. Nah anak dari H Seman yakni Guru Romansyah ini adalah ayah dari Siti Mariam yang merupakan ibunda Sjachrani Mataja.
Cerita itupun diungkapkan disela haulan datunya Sjachrani Mataja. Air mata “Mamarina” – sebutan Ibunda Sjachrani Mataja yakni Siti Mariam (72) tak terbendung lagi. Kelopak matanyanya terlihat membengkak saat menghadiri haulan kakeknya, Matyasin datu dari Sjachrani Mataja di mesjid Taqwa Iberahim, Nagara Daha Selatan Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Sabtu (3/4) siang.
Siti Mariam duduk dibarisan kaum ibu-ibu tepat dibelakang barisan kaum laki-laki saat hadir di acara haulan tersebut, dia juga didampingi kemenakannya. Kepada Radar Banjarmasin, Siti mengaku terharu, sebab menurut dia haulan kakeknya tersebut baru kali pertama digelar setelah 50 tahun meninggal.
Dia mengaku perasaannya tak menentu, ada rasa sedih namun juga bahagia karena haulan sang kakek yang dimpi-impikannya akhirnya baru terwujud berkat sang putra kesayangannya hadir di Nagara.
“Saya gembira sekali, tapi saya juga sedih selama acara haulan itu, saya ingat wajah kakek. Dan Alhamdulillah keturunannya yakni anak saya Sjachrani peduli dengan keluarga. Itu yang membuat saya menangis namun bahagia,” kenangnya.
Meskipun demikian, dia tetap bersyukur karena keturunannya akhirnya bisa memberikan perubahan bagi daerah.
Diapun menitip pesan kepada Sjachrani putranya, agar tetap menjaga hak-hak masyarakat. “Mudah-mudahan sukses saja anak saya, saya restui mudahan jadi pemimpin yang bisa mengangkat harkat martabat warga Kalsel. Dapat rezeki, masyarakatnya juga terayomi, dan bermanfaat bagi semua orang,” ujarnya.
Usai mengelar Haulan, duka Siti Mariam pun kian menjadi ketika tiba di kediaman kakeknya. Salah satu dinding rumah berbentuk rumah Banjar pun ia cium seolah ada rasa bahagia bercampur rasa kangen yang tiada tara.
Di rumah yang nyaris terlihat masih asri dan masih terjaga baik hingga kini itupun langsung digelar selamatan atas kedatangannya putranya ke tanah leluhurnya. Siti Mariam terlihat tak henti-hentinya melemparkan senyum. Sesekali dia bercanda dengan sanak keluarga.
Pemandangan ini terlihat kontras ketika ia berada di Mesjid Taqwa Iberahim saat haulan kakeknya digelar.
“Alhamdulillah semua berkumpul kembali di sini,” ujarnya.
Sjachrani Mataja sendiri saat dimintai komentarnya mengaku awalnya tak tahu menahu jika datunya memang asli orang Nagara HSS.
Diceritakannya, datu hanya pernah bercerita tentang Nagara, namun tak pernah mengajaknya ke daerah yang disebut-sebutkannya hingga ia tiada. Masa berselang beberapa tahun, keluarga besarnya dari Nagara datang ke Banjarmasin dan bercerita banyak soal Nagara.
Dari situlah kata dia, certia penelusuran datunya dimulai dan akhirnya menemui titik temu setelah menanyakan silsilah sebenarnya kepada keluarga besar, bahwa sang datu yakni Matyasin adalah asli orang nagara.
“Semua keluarga datang dan menceritakan semuanya tentang asal-usul keluarga ini,” pungkasnya. (www.radarbanjarmasin.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar